Breaking News

Menyesal tidak Beli Produk Mahal



SERING kali seseorang berada dalam kegalauan saat menimbang untuk membeli sebuah barang bagus yang dirasa cukup mahal. Saat Anda berniat menunda pembelian dan berharap barang itu nantinya akan dikenai diskon, niscaya secara bersamaan Anda merasa khawatir barang itu akan habis. Belum lagi bayangan penyesalan, mengapa Anda tidak mau mengeluarkan uang sedikit lebih banyak untuk barang idaman tersebut?

Percayalah, itu artinya Anda telah terjerat strategi pemasaran yang memainkan emosi. Seorang pedagang sejati tidak sekadar mampu menjual barang yang tengah diminati pasar, tetapi juga bisa membuat konsumennya menyesal karena tidak membeli produk yang sejatinya berharga lebih mahal atau bahkan tidak dibutuhkan sama sekali.

Para peneliti dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) Amerika Serikat mengungkapkan konsumen sering kali mau membayar barang dengan harga lebih besar agar terhindar dari penyesalan itu. Namun, ternyata tidak semua pedagang ritel menangkap peluang itu sehingga mereka kehilangan kesempatan untuk meraih keuntungan yang lebih besar.

Dalam studi itu terungkap para pengecer bisa mendapat kenaikan laba 7%-10% bila menerapkan strategi harga yang berbeda untuk produk mereka.

 Menjual produk dengan harga yang sedikit lebih tinggi sesekali lebih meningkatkan pendapatan daripada memberikan diskon, setidaknya untuk produk fesyen.

“Para pembeli yang mencari barang berkualitas tinggi masih akan membeli produk tersebut.

 Mereka ingin menghindari perasaan menyesal di kemudian hari bila akhirnya tidak bisa mendapatkan produk tersebut di masa depan,” ungkap asisten profesor manajemen operasi di MIT Sloan School of Management, Karen Zheng, sebagaimana dilansir Sciencedaily.com, pertengahan tahun ini.

Dalam artikel yang meneliti perilaku konsumen itu, diungkapkan konsumen sering kali percaya suatu produk memiliki waktu stok yang lebih pendek ketimbang waktu stok sesungguhnya.

Zheng menyebut item bermerek lebih cenderung menimbulkan penyesalan bagi konsumen saat mereka kehabisan stok jika dibandingkan dengan harga mahal.

“Jika Anda membeli jaket bagus, Anda mungkin akan mengabaikan harganya karena tertutupi oleh momentum (segera memiliki) dan kebahagiaan karena Anda telah memilikinya,” tuturnya.
Strategi diskon sesekali bisa menarik konsumen yang sadar harga, sedangkan diskon setiap hari justru menghilangkan faktor tersebut.

Meski begitu, strategi tersebut tidak berlaku untuk pakaian biasa seperti kaus yang memiliki ragam pilihan. “Sulit menerapkan strategi harga yang tepat sepanjang waktu, terutama ketika mereka menjual beragam produk. Pengecer harus mampu mengidentifikasi emosi dan persepsi yang memotivasi konsumen,” tandas Zheng.

No comments